Selasa, 26 Maret 2013

Terungkap, Pembeli Misterius 1 Juta BlackBerry Z10

Dibaca: 5175
Komentar : 4
Oik Yusuf/KompasTekno BlackBerry Z10
KOMPAS.com - Misteri tentang pembeli 1 juta unit BlackBerry Z10 akhirnya terungkap. Ini merupakan pemesanan tunggal terbesar sepanjang sejarah ponsel BlackBerry.

Seorang sumber terpercaya mengatakan kepada situs teknologi AllThingsDigital, Senin (25/3/2013), bahwa pembeli misterius itu adalah distributor Brightstar yang berbasis di Miami, Amerika Serikat.

Brightstar menyediakan berbagai layanan untuk operator seluler, produsen, dan peritel di beberapa negara. Sebagian besar bisnisnya adalah mengendalikan secara resmi rantai pasokan ke peritel dan toko besar. Verizon Wireless, ialah salah satu operator seluler yang memakai jasa Brightstar.

Pemesanan 1 juta unit BlackBerry Z10 tentu membawa angin segar bagi perusahaan asal Kanada itu. "Sebuah pesanan sebanyak 1 juta unit mampu meningkatkan kepercayaan pada BlackBerry 10," kata EVP Global Sales BlackBerry Rick Costanzo, seperti dikutip dari CrackBerry beberapa waktu lalu.

Brightstar akan meyakinkan para mitra dan konsumen untuk membeli produk andalan BlackBerry tersebut. Ponsel yang mengusung sistem operasi BlackBerry 10 itu akan bersaing dengan ponsel Android, Windows Phone, bahkan Apple iPhone.

Di Indonesia, BlackBerry Z10 mulai dijual pada 15 Maret 2013 dengan harga Rp 6.999.000. Kedatangan BlackBerry Z10 tidak membuat harga ponsel BlackBerry lawas menjadi turun.
Rumah Pohon Suku Korowai Perlu Dilestarikan
Rabu, 27 Maret 2013 | 06:59 WIB
Dibaca: 317
|
Share:

www.kidnesia.com
Rumah pohon Suku Korowai
JAYAPURA, KOMPAS.com--Balai Arkeologi (Balar) Jayapura mengemukakan pentingnya pelestarian rumah pohon atau rumah tinggi Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua.
"Tradisi rumah pohon perlu dilestarikan, salah satu hal yang utama adalah menggali dan mengangkat nilai-nilai budaya positif Suku Korowai sebagai bagian dari pengajaran kurikulum sekolah," kata Staf Peneliti Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Jayapura, Selasa.
Ia menjelaskan Suku Korowai di Distrik Kaibar, Kabupaten Mappi yang sebelumnya tinggal terpencar-pencar di hutan-hutan rawa antara Sungai Dairom Kabur dan Sungai Sirek, telah dimukimkan kembali oleh pemerintah setempat di Kampung Basman.
Suku Korowai di Kampung Basman mulai menempati rumah relokasi secara gratis berupa rumah panggung beratap seng dan berdinding papan.
"Dengan program ’resetlement’ ini dikhawatirkan tradisi membangun rumah pohon Suku Korowai akan hilang," katanya.
Ia mengemukakan kearifan membangun rumah pohon bisa menjadi kajian menarik untuk perkembangan ilmu pengetahuan moderen. Rumah pohon mereka dibuat sebagai upaya menghindari serangan musuh, binatang buas, dan nyamuk malaria.
Rumah-rumah Suku Korowai dibangun di atas pohon-pohon yang ketinggiannya bisa mencapai 30-70 meter. Semakin tinggi rumah pohon anggota Suku Korowai, semakin aman keluarga yang tinggal di dalamnya dari ancaman serangan musuh.
"Rumah pohon hanya berfungsi sekitar dua hingga tiga tahun. Hal ini karena konstruksi kayu mulai lapuk," katanya.
Pada awal Februari 2013, seorang dosen Universitas Cenderawasih (Uncen) Hanro Jonathan Lekitoo meluncurkan buku tentang "Potret Manusia Pohon, Komunitas Adat Terpencil Suku Korowai di Daerah Selatan Papua dan Tantangannya Memasuki Peradaban Baru".
Buku tersebut mendapat sambutan positif dari masyarakat, mahasiswa, akademisi, dan peneliti. Buku itu menjelaskan tentang kehidupan orang Korowai yang hidup di atas pohon atau disebut "Manusia Pohon".
Rektor Uncen Festus Simbiak memberikan apresiasi terhadap buku yang akan menjadi referensi jurusan terkait.
"Buku ini pantas menjadi referensi bagi kita semua untuk mengetahui sejuah mana tentang Suku Korowai," katanya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Antara dari berbagai sumber, Suku Korowai ditemukan pertama kali sekitar 1950-an, mereka menempati rumah di atas pohon dengan ketingian mulai dari 30-70 meter di atas permukaan tanah.
Sumber :
ANT
Editor :
Jodhi Yudono







Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.
Kirim Komentar Anda
Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.

KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
Silakan atau register untuk kirim komentar Anda
<a href='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=adeec33a&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=155&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=adeec33a' border='0' alt='' /></a>
<a href='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/ck.php?n=a3039df4&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE' target='_blank'><img src='http://ads6.kompasads.com/new/www/delivery/avw.php?zoneid=157&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a3039df4' border='0' alt='' /></a>